Terjemahan Kifayatul Awam - Makna Pesantren Dengan "Bermula Ini Itu" | Sifat yang ke 6 "Wahdaniyyah" = Maha Esa

Kitab Kifayatul Awam

Terjemahan Kifayatul Awam - Makna Pesantren Dengan "Bermula Ini Itu" | Sifat yang ke 6 "Wahdaniyyah" = Maha Esa. Sebelumnya>>
Bermula Sifat Yang Ke Enam Yang Wajib ia Sifat Bagi-Nya Allah Ta'ala itu Wahdaniyyah/ Maha Esa
Pada Zat dan Sifat-Sifat dan segala perbuatan, dengan makna tiada berbilangan/banyak. Dan bermula makna keadaan Allah Ta'ala itu Yang Maha Esa pada Zat-Nya Allah itu bahwa sungguh Zat-Nya Allah Ta'ala itu tiada ia Zat Allah itu yang tersusun dari bagian-bagian. Dan bermula tersusu tersebut itu dinamakan akannya tersusun akan "kam muttashil".

Dan dengan makna bahwa sesungguhnya pekerjaan itu tiadalah zat lain pada wujud (yang sudah ada) dan Tiada pada kemungkinan (yang belum ada tapi mungkin akan ada) itu menyerupai ia zat lain akan Zat-Nya Allah Ta'ala. Dan bermula ini keserupaan yang mustahil itu dinamakan akan ini keserupaan akan "kam munfashil".

Maka bermula sifat wahdaniyah/esa pada zat itu menafikan ia sifat Wahdaniyah akan 2 kam (yaitu) "kam muttashil" pada zat dan "kam munfashil" padanya zat.

Dan bermula makna esa-Nya Allah ta'ala pada sifat itu bahwa sesungguhnya keadaan itu tiada baginya Allah ta'ala itu dua sifat yang sama Keduanya sifat pada nama dan makna. Seperti dua sifat qudrah dan dua sifat ilmu dan dua sifat iradah maka tiada baginya Allah ta'ala kecuali itu sifat Qudrah yang satu dan iradah yang satu dan ilmu yang satu.

Aku khilaf akan sebagai khilaf bagi Abi Sahal yang berpendapat dengan bahwa sungguh Sabit baginya Allah ta'ala itu beberapa ilmu dengan bilangan segala maklumat/ perkara yang sudah diketahui.

Dan bermula ini -aku maksud akan ber bilang-bilang pada sifat- itu dinamakan akan ini berbilang-bilang akan "kam  muttashil" pada sifat, dengan makna bahwa sesungguhnya keadaan itu tiadalah bagi seorang pun itu satu sifat yang menyerupai ianya sifat akan satu sifat dari pada sifat-sifat-Nya Allah Ta'ala.

Dan bermula ini, -yaitu aku maksud akan ada bagi seseorang itu satu sifat hingga akhirnya (maksud di belakang)-, itu dinamakan akan nya ini keadaan akan "kam munfasshil" pada sifat. Maka bermula sifat wahdaniyyah/Esa pada sifat itu menafikan Iya sifat wahdaniyyah/esa akan "kam muttashil" dan "munfashil" padanya sifat.

Dan bermula makna esa-Nya Allah ta'ala pada segala perbuatan itu Bahwa sesungguhnya keadaan itu tiadalah bagi satu pun dari pada semua makhluk itu perbuatan, karena bahwa sesungguhnya Allah ta'ala itu Yang Maha Pencipta bagi segala perbuatan semua makhluk, (yaitu) dari pada para Nabi dan Malaikat dan selain keduanya Nabi dan Malaikat.

Dan Adapun bermula ma/kejadian yang terjadi ia ma/kejadian, (yaitu) dari pada kematian seseorang atau tersakitinya seseorang di ketika menentangnya seseorang -sebagai contoh- di atas seorang wali dari semua Wali, itu niscaya maka bermula dia ma/kejadian itu Sabit dengan penciptaan Allah ta'ala yang diciptakan oleh Allah akannya ma/kejadian di ketika marah Wali di atas ini orang yang menentang.

Dan tidak boleh ditafsirkan akan Esa pada segala perbuatan dengan perkataan engkau: tiadalah bagi selain Allah itu satu perbuatan pun yang seperti perbuatan-Nya Allah, karena bahwa sesungguhnya demikian penafsiran itu menghendaki ia demikian penafsiran akan bahwa sesungguhnya pekerjaan itu sabit bagi selain Allah itu suatu perbuatan lain, akan tetapi nya perbuatan lain itu tiada ia perbuatan lain itu Sabit seperti perbuatan-Nya Allah. Dan bermula dia penafsiran itu bathil/yang salah.

Bahkan bermula Dia Allah (yaitu) Allah ta'ala itu Maha Pencipta bagi segala perbuatan, tiap-tiapnya perbuatan. Maka bermula alladzi/kejadian yang terjadi ia kejadian dari engkau (yaitu) dari pada bergerak tangan engkau di ketika memukul si Zaid, -sebagai contoh- itu Sabit dengan penciptaan Allah ta'ala. Berfirman lah Allah: "Dan bermula Allah itu yang menciptakan ia Allah akan kalian dan akan ma/perbuatan yang kalian lakukan".

Dan bermula keadaan selain Allah ta'ala itu Sabit baginya selain Allah itu ada suatu perbuatan, itu dinamakan akannya keadaan demikian akan munfashil pada segala perbuatan.

Maka bermula sifat Wahdaniyah yang wajib ia sifat bagi-Nya Allah ta'ala itu menafikan ia sifat Wahdaniyah akan segala kam yang 5 yang mustahil ia 5 kam. Maka bermula kam muttasil pada zat itu tersusunnya Zat dari beberapa bagian, dan bermula kam munfashil padanya zat itu bahwa adalah bagi-Nya Zat itu zat lain yang menyerupai ia zat lain akan Zat Allah, dan bermula kam muttashil pada sifat itu bahwa adalah bagi-Nya Allah ta'ala itu dua sifat qudrah, dan bermula kam munfashil padanya sifat itu bahwa adalah bagi selainnya Allah ta'ala itu sifat lain yang menyerupai ia sifat lain akan satu sifat dari sifat-sifat Nya Allah ta'ala, dan bermula kam munfashil pada semua perbuatan itu bahwa adalah bagi selainnya Allah ta'ala itu perbuatan lain.

Dan bermula ini segala kam yang 5 itu ternafi/ditiadakan ia kam yang 5 dengan sifat Wahdaniyyah yang wajib ia sifat Wahdaniyah bagi-Nya Allah, Maha Suci Allah. Dan bermula makna kam itu beberapa.


Dan bermula dalil diatas wajib sifat Wahdaniyah bagi-Nya Allah ta'ala itu ada alam, maka jikalau adalah bagi-Nya Allah itu sekutu/ teman bekerja  pada ketuhanan, niscaya tidak sunyi lah urusan, maka adakala bahwa sepakatlah keduanya Tuhan di atas ada alam, dengan bahwa berkatalah salah satu keduanya Tuhan: "bermula aku itu akan aku jadikan akan nya alam". Dan berkatalah Tuhan yang lain: "bermula aku itu akan aku jadikan akannya alam bersama engkau, supaya kita saling membantu diatasnya menjadikan alam".

Dan adakala bahwa berselisih lah keduanya Tuhan, maka berkatalah salah satu keduanya Tuhan: "bermula aku itu akan aku jadikan akan alam dengan kuasa ku". Dan berkatalah Tuhan yang lain: "bermula aku itu aku berkehendak akan tidak adanya alam".

Maka jika sepakat lah keduanya Tuhan di atas ada alam dengan bahwa menjadikan oleh keduanya Tuhan akan alam hal keadaan bersamaan dan jadi ia alam dengan perbuatan keduanya Tuhan, niscaya melazimilah berhimpun 2 pemberi pengaruh di atas pengaruh yang satu. Padahal bermula dia demikian berhimpun 2 pemberi pengaruh di atas pengaruh yang satu itu mustahil.

Dan jika berselisih lah keduanya Tuhan, niscaya maka tidak sunyilah adakala bahwa terlaksanalah maksud salah satu dari keduanya Tuhan atau tidak terlaksana lah maksud salah satu dari keduanya Tuhan. Maka jika terlaksanalah maksud salah satu dari keduanya Tuhan ketiadaan Tuhan yang lain, niscaya adalah Tuhan alladzi yang tidak terlaksana lah maksudnya Tuhan, itu Tuhan yang lemah.

Padahal sungguh telah kita takdirkan akan bahwa sesungguhnya Tuhan yang lemah itu setara pada ketuhanan bagi Man/Tuhan yang terlaksana lah maksud nya Man/Tuhan. Maka apabila sebutlah lemah bagi ini Tuhan yang tidak terlaksana maksud niscaya sebutlah lemah pula Bagi Tuhan yang lain, karena bahwa sesungguhnya Tuhan yang lain itu semisalnya Tuhan yang tidak terlaksana maksud.

Dan jika tidak terlaksana lah maksud keduanya Tuhan niscaya adalah keduanya Tuhan itu 2 Tuhan yang lemah. Dan berdasarkan di atas tiap-tiap surah, bersamaan sepakat lah kedua Tuhan atau berselisih lah keduanya Tuhan mustahillah ada sesuatu saja dari alam, karena bahwa sungguh keduanya Tuhan itu jika sepakat lah keduanya Tuhan di atas adanya alam niscaya melazimi lah berhimpun dua tukang pemberi pengaruh di atas pengaruh yang 1, jika terlaksanalah maksud keduanya Tuhan. Dan bermula demikian berhimpun dua pemberi pengaruh di atas pengaruh yang 1 itu mustahil. Maka tidak mungkin lah memberi pengaruh maksud keduanya Tuhan. Maka tidak sah lah bahwa diperdapatkan akan sesuatu pun dari alam di ketika itu.

Dan jika berselisih lah keduanya Tuhan dan terlaksanalah maksud salah satu keduanya Tuhan niscaya adalah Tuhan yang lain itu Tuhan yang lemah. Padahal bermula ini Tuhan yang lemah itu semisalnya Tuhan yang terlaksana maksud. Maka tidak sah lah bahwa diperdapatkan akan sesuatu pun dari alam, karena bahwa sesungguhnya Tuhan yang terlaksana maksud itu Tuhan yang lemah. Maka tidak adalah Tuhan kecuali itu satu.

Dan jika berselisih lah keduanya Tuhan dan tidak terlaksana lah maksud keduanya Tuhan niscaya adalah keduanya Tuhan itu dua Tuhan yang lemah. Maka tidak kuasalah keduanya Tuhan di atas menjadikan sesuatu pun dari alam. Padahal bermula alam itu yang sudah ada dengan disaksikan (sekarang). Maka sebutlah bahwa sungguh Tuhan itu esa. Dan bermula dianya sebut Tuhan Esa itu tujuan/maksud pembahasan.

Dan dari ini dalil dimaklumkan akan bahwa sesungguhnya keadaan itu tiada jenis pengaruh bagi sesuatu apa pun (yaitu) daripada api dan pisau dan makan pada membakar dan memotong dan mengenyangkan, akan tetapi bermula Allah ta'ala itu yang menciptakan Ia Allah akan membakar pada sesuatu yang disentuh akan nya sesuatu oleh api di ketika bersentuhannya api baginya sesuatu. Dan menciptakan Ia Allah akan terpotong pada sesuatu yang disentuh akan nya sesuatu oleh pisau di ketika bersentuhan nya pisau baginya sesuatu. Dan menciptakan Ia Allah akan kenyang di ketika makan dan puas dahaga di ketika minum.

Maka bermula Man/ seseorang yang meyakini ia seseorang akan bahwa sungguh api itu yang bisa membakar ia api dengan tabiatnya api, dan bahwa sungguh air itu yang memuaskan dahaga ia air dengan tabiatnya air dan seterusnya, niscaya maka bermula dia seseorang itu kafir dengan ijma'/kesepakatan ulama. Dan bermula Man/seseorang yang meyakini ia seseorang akan bahwa sesungguhnya api itu yang bisa membakar dengan kekuatan yang diciptakan akannya kekuatan oleh Allah padanya api, niscaya maka bermula dia seseorang itu orang yang bodoh lagi yang fasik, karena tiada mengetahuinya seseorang dengan hakikat keesaan Tuhan.

Dan bermula ini penjelasan, dia ini penjelasan itu dalil yang ijmali alladzi yang wajib di atas tiap-tiap seseorang oleh mengetahuinya dalil (yaitu) dari pada laki-laki dan perempuan. Dan bermula Man/seseorang yang tidak mengetahui ia seseorang akan nya dalil niscaya maka bermula dia seseorang itu kafir di sisi Imam Sanusi dan Ibnu Arabi. Dan bermula Allah ta'ala itu yang menguasai Ia Allah akan Hidayah engkau.

Dan bermula sifat Qidam/ sedia dan baqa/kekal dan mukhalafatu Lil hawaditsi/berbeda dengan segala yang baharu dan Qiyamu binafsi/berdiri dengan sendiri dan Wahdaniyah/maha esa itu sifat salbiyah, artinya bermula maknanya sifat itu meniadakan dan menafikan, karena bahwa sesungguhnya tiap-tiap dari padanya sifat itu meniadakan dari pada Allah Azza wa Jalla akan sesuatu yang tidak layak ia sesuatu dengan-Nya Allah.
Selanjutnya>>

Kunjungi terjemahan kitab yang lain di Daftar Isi>>
Kritik dan Saran kami tunggu...
Terimakasih...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama