HIJRAH.COM-Di antara semua
istri-istrinya, ada dua istri yang begitu Nabi cintai, keduanya meninggal di
bulan Ramadhan.
Khadijah binti Khuwailid
“Khadijah beriman kepadaku
di saat orang-orang kafir kepadaku, ia membenarkanku di saat orang-orang
mendustakanku, ia juga menopangku dengan hartanya di saat orang-orang menutup
diri dariku, dan Allah telah mengaruniaiku anak melaluinya di saat Allah tidak
mengaruniaiku anak dengan istri-istri yang lain”, ucap Rasulullah SAW
mengenang istri kesayangannya, Khadijah.
Kenangan tentang Khadijah
selalu saja memenuhi pikiran dan hati Nabi. Cintanya tak pernah pudar meskipun
istrinya telah lama meninggalkan dunia. Setelah 25 tahun mengabdikan diri pada
suaminya, Khadijah akhirnya menutup usia di Makkah, pada bulan Ramadhan, tiga
tahun sebelum Nabi hijrah ke Madinah.
Khadijah wafat di usianya yang
ke 65, sebelum perintah shalat diturunkan. Ia dimakamkan di Hajun, sebuah
gunung di permukaan tinggi Makkah. Kematian Khadijah benar-benar membuat Nabi
terpukul. Apalagi Khadijah wafat tiga hari setelah Abu Thalib (paman Nabi)
meninggal dunia.
Nabi Muhammad kehilangan dua
sosok pelindung dan penyokongnya. Setelah kematian keduanya, orang-orang kafir
Makkah semakin berani menyakiti dan melakukan siksaan pada Nabi. Karena kesedihan yang luar
biasa, tahun kematian keduanya bahkan disebut dengan ‘aamul huzn (tahun
kesedihan). Setelah Khadijah wafat, Rasulullah memilih untuk menduda selama dua
tahun (ada pula yang mengatakan satu tahun).
Sebuah pepatah arab berkata مودّة الصّديق تظهر وقت الديق “Kecintaan seorang teman terlihat di waktu sempit”.
Begitu pula kecintaan seorang teman hidup, Khadijah. Betapa besar cintanya
kepada Nabi. Ia tak mempedulikan perkataan orang-orang yang mengejek Nabi
sebagai “orang gila”, ia beriman kepada Nabi ketika orang-orang tidak
mempercayai. Ia rela menghabiskan hartanya demi dakwah yang dilakukan suaminya.
Bahkan di usia senjanya, ia rela menelusuri perjalanan panjang menuju gua hira
untuk menyediakan bekal bagi suami tercintanya.
Begitu pula dengan
Rasulullah, betapa besar cinta Rasulullah SAW kepada istrinya, Khadijah. Beliau
tak pernah menduakan cintanya ketika Khadijah masih hidup. Ia tak pernah
melupakan Khadijah meskipun ia telah tiada. Bahkan Rasulullah SAW senantiasa
memberikan hadiah kepada kerabat dan sahabat-sahabat Khadijah.
Aisyah binti Abu Bakr
Suatu ketika ‘Amr bin al-‘Ash
bertanya kepada Nabi, “Ya Rasulallah, siapakah orang yang paling engkau
cintai? ” Aisyah, jawab Nabi SAW.
Itulah Aisyah, Istri yang
paling dicintai Nabi SAW, sang gadis yang cantik mempesona. Ia memiliki banyak
keutamaan yang tak dimiliki istri Nabi lainnya. Ia adalah putri dari sahabat
yang paling dicintai Nabi, Abu Bakar, ia satu-satunya gadis yang dinikahi Nabi
dalam keadaan perawan. Wahyu tak pernah datang saat Nabi berada dalam satu
selimut dengan istrinya, kecuali ketika bersama Aisyah. Aisyah adalah istri
Rasulullah di dunia dan akhirat, di pangkuannya lah Rasulullah SAW
menghembuskan nafas terakhirnya.
Aisyah masih berusia 18 tahun
saat Nabi SAW wafat. Setelah wafatnya Nabi, Aisyah selalu menegakkan amar
ma’ruf dan melarang kemungkaran. Ia banyak berkontribusi dalam penyebaran
ilmu-ilmu Islam, terutama hadis-hadis Nabi SAW. Ia dikenal sebagai sosok yang
cerdas dan kritis. Ia bahkan tak segan-segan menegur sahabat laki-laki yang
keliru dalam memahami hadis.
Aisyah menutup usia pada
malam Selasa, 17 Ramadhan 58 H, dalam riwayat lain disebutkan 57 H, di masa
kekhalifahan Muawiyah. Aisyah berusia 66 tahun ketika wafat, Abu Hurairah lah
yang memimpin shalat jenazah untuk Aisyah.
Aisyah dimakamkan pada malam
itu pula di Baqi, sebuah pemakaman utama yang terletak di Madinah, bersebrangan
dengan Masjid Nabawi. Di antara yang ikut menurunkan jenazah Aisyah ke liang
kuburnya adalah Abdullah bin Zubair, Urwah bin Zubair Qosim bin Muhammad bin
Abi Bakr, Abdullah bin Muhammad bin Abi Bakr, dan Abdullah bin Abdirrahman bin
Abi Bakr, semuanya adalah keponakan Aisyah.
Kepergian Aisyah menyisakan
duka mendalam bagi seluruh umat muslim. Padanya lah ilmu-ilmu berlabuh. Aisyah
bukanlah perempuan biasa, melainkan ibu bagi seluruh umat muslim.
Wallahu a’lam bisshawab.
Tags:
KHAZANAH