SIFAT-SIFAT
YANG WAJIB BAGI ALLAH
1. Sifat NafsiyyahKitab Jauharah Tauhid |
Sifat-sifat yang wajib bagi Allah terbagi empat: Nafsiyyiah, Salbiyyah, Ma‘anî dan ma‘nawiyyah.
صفة نفسية: صفة ثبوتية يدل الوصف بها على نفس الذات دون معنى زائد عليها
"Sifat yang menunjuki kepada diri zat bukan kepada makna yang selain zat"Yang termasuk dalam pembahagian ini adalah wujud.
2. Sifat Salbiyyah
صفة سلبية: صفة دلت على سلب ما لا يليق بالله
"Sifat yang berfaedah untuk menafikan sesuatu yang tidak layak bagi Allah".Yang termasuk dalam pembahagian ini adalah : Qidam, Baqa, Mukhalafat lil hawadith, Qiyamumu bi nafsih dan wahdaniah.
3. Sifat Ma‘anî
صفة معانى: صفة قائمة بموصوف موجيبة له حكما
"Sifat yang terdapat pada zat yang melazimi kepada hukum".Yang termasuk dalam sifat ini adalah: Qudrah, Iradah, ‘Ilmu, ¦ayat, Sama‘, Ba¡ar dan Kalâm.
4. Sifat Ma‘nawiyyah
صفة معنوية: صفة واجبة للذات ما دامت الذات معللة بعلة
"Sifat yang wajib pada zat selama masih ada ‘illat".Yang termasuk dalam pembahagian ini adalah: Qâdirun, Murîdun, ‘Alîmun, Hayyun, Samî‘un, Ba¡îrun dan Mutakallimun. Sumber:Kitabkuning90.blogspot.com
فَوَاجِبُ
لَهُ الْوُجُوْدُ وَالْقِدَمْ ♣ كَذَا بَقَاءُ لاَ يُشَابُ بِالْعَـدَمْ
"Maka (Bermula) sifat yang wājib
bagi-Nya (Allah) (itu) wujud dan (itu) sedia, (tsābit) seperti demikian (sifat
yang wājib) (itu) kekal yang tidak bercampur([1])
(akannya kekal) dengan tiada”.
وَأَنَّهُ
لِمَـا يَنَـالُ الْعَـدَمُ ♣ مُخَالِفٌ بُرْهَانُ هَذَا الْقِـدَمُ
“Dan (bermula sifat yang wājib lagi) (itu) bahwa
sesungguh-Nya (Allah) bagi ma/sesuatu yang dicapai oleh tiada (itu) berbeda (Dia
Allah). (Bermula) dalil ini (sifat mukhālafah li al-hawādits) (itu) (dalil)([2])
sedia".
([1]) “Yusyābu”
bermakna “yakhluthu”=bercampur, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah
al-tauhīd, hal.39)
قِيَامُـهُ
بِالنَفْسِ وَحْدَانِيَّـةْ ♣ مُنَـزَّهًا أَوْصَـافُهُ سَنِيَّـةْ
"(Bermula sifat yang wājib bagi Allah
lagi) (itu) berdiri-Nya (Allah) dengan sendiri dan (itu) maha esa, (hal
keadaan-Nya (Allah) itu) yang maha bersih lagi yang maha suci(lah) sifat-sifat
Nya (Allah)”,
عَنْ
ضِدٍّ أَوْشِبْهٍ شَرِيْكٍ مُطْلَقَا ♣ وَوَالِدُ كَذَا الْوَلَدُ وَالْلأَصدقاء
“(maha suci) Dari pada lawan dan([1])
(dari) keserupaan (dan dari) teman serikat, (hal keadaan tiap-tiap itu) secara muthlaq,
dan (maha suci dari) ayah, (tsābit) seperti demikian (ayah)([2])
(itu) anak dan teman-teman".
([2]) “Kadzā”
adalah jumlah jar dan majrūr menjadi khabar muqaddam, dan musyār ilaih “dzā” kembali
kepada lafadz “wālid”=ayah, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd,
hal.42)
Maksud berdiri sendiri dan adalah tidak berhajat kepada sesuatau apapun. Maksud esa adalah satu pada zat, sifat dan perbuatan. Sumber:Kitabkuning90.blogspot.com
وَقُـدْرَةٌ اِرَادَةٌ
وَغَايَـرَتْ ♣ أَمْرًا وَعِلْمًا وَالرِّضَا كَمَا ثَبَثْ
"Dan (bermula sifat yang wājib lagi)
(itu) Kuasa dan Berkehendak. Dan berbeda (ia kehendak) (akan) perintah dan ilmu
dan ridhā, sebagai mana ma/perbedaan([1])
yang sudah tetap (ia ma/perbedaan pada akal)”.
وَعِلْمُهُ
وَلاَ يُقَالُ مُكْتَـسَبْ ♣ فَاتْبَعْ سَبِيْلَ الْحَقِّ وَأطْرَحِ
الرِّيَبْ
Dan (bermula sifat yang wājib bagi Allah lagi)
(itu) maha mengetahui-Nya (Allah), dan jangan([2])
dikatakan: (bermula dia ilmu Allah) (itu) yang diusahakan (akannya ilmu), maka
ikutilah (oleh mu) (akan) jalan kebenaran dan buanglah (oleh mu) (akan) keraguan
".
([1]) Yang
dimaksud dengan “mā” maushūl tersebut adalah “perbedaan”, (Tuĥfah
al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.46)
([2]) “La” nafī
bermakna nahī, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.47)
Maksud qudrah adalah sifat yang memberi bekasan/efek pada menjadikan sesuatu yang mungkin dan meniadakannya. Maksud iradah adalah sifat yang menentukan sesuatu kepada salah satu dari dua kemungkinan. Maksud berbeda antara iradah dengan amar, ilmu dan ridha adalah:
1. Sesuatu yang diiradah belum tentu diperintahkan, seperti berzina. Sesuatu yang diperintah belum tentu diiradahkan, seperti iman Abu jahal. Sumber:Kitabkuning90.blogspot.com
2. Iradah berbeda dengan ilmu di segi ta‘alluq, karena Iradah ta‘alluq kepada yang jaiz, sedangkan ilmu ta'alluq kepada yang wajib, mustahil dan jaiz.
3. Sesuatu yang diIradahkan belum tentu diridhai seperti diiradahkan kufur pada seseorang
4. Dan sesuatu yang di ridhai belum tentu diIradahkan sepert shalat.
2. Iradah berbeda dengan ilmu di segi ta‘alluq, karena Iradah ta‘alluq kepada yang jaiz, sedangkan ilmu ta'alluq kepada yang wajib, mustahil dan jaiz.
3. Sesuatu yang diIradahkan belum tentu diridhai seperti diiradahkan kufur pada seseorang
4. Dan sesuatu yang di ridhai belum tentu diIradahkan sepert shalat.
حَيَـاتُهُ
كَذَا الْكَلاَمُ السَّمْعُ ♣ ثُمَّ الْبَصَرْ بِذِى أَتَانَا السَّمْـعُ
" (Bermula sifat yang wājib bagi Allah
lagi) (itu) Maha Hidup-Nya (Allah), (dan tsābit) seperti ini (sifat yang wājib
juga) (itu) Maha berkata-kata (dan) Maha mendengar kemudian Maha melihat.
Dengan ini (tiga sifat yang akhir)([1])
telah datang (akan) kita oleh dalil yang didengarkan([2])".
([1])
Isim
isyārah pada kata “bi dzī” mengisyarah kepada tiga sifat sebelumnya,
(Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.50) Sumber:Kitabkuning90.blogspot.com
فَهَلْ
لَهُ إِدْرَاكٌ أَوْلاَ خُلْفُ ♣ وَعِنْدَ قَوْمٍ صَحَّ فِيْهِ الْوَقْفُ
"Maka adakah (tsābit) bagi-Nya (Allah)
(itu) sifat Idrāk atau tidak ? (tsābit padanya masalah itu)([1])
selisih pendapat. Dan di sisi satu kaum dianggap sahih padanya (masalah idrāk)
oleh berhenti/pending".
([1]) Kata “khulfu”
di-I’rāb sebagai mubtadā muakhar, taqdirnya: “wa fī jawāb dzālika khulfu”=dan
sabit pada jawaban demikian masalah itu khilaf pendapat, (Tuĥfah al-murīd ‘alā
Jauharah al-tauhīd, hal.51)
إدراك: صفة قائمة بذاته تعالى يدرك بها الملموسات والمشمومات والمذوقات
"Sifat yang terdapat pada Allah yang dengan sifat tersebut dapat didapatkan sesuatu yang dirasakan panca indra". Sumber:Kitabkuning90.blogspot.com
حَيٌّ
عَلِيْمٌ قَادِرٌ مُرِيْـدُ ♣ سَمِيْعٌ بَصِيْرٌ مَا يَشَا يُرِيْـدُ
"(Maka bermula Allah itu)([1])
Yang Maha hidup, dan Yang Maha mengetahui, dan Yang Maha kuasa, dan Yang Maha
berkehendak, dan Yang Maha mendengar, dan Yang Maha melihat, (Bermula)
ma/sesuatu yang diinginkan (Ia Allah) (itu niscaya) menghendaki (Ia Allah)”.
مُتَكَلِّمٌ
ثُمَّ صِفَاتُ الذَّاتِ ♣ لَيْسَتْ بِغَيْر أَوْ بِعَيْنِ الذَّاتِ
“(Dan Bermula Allah itu) yang maha berkata-kata,
kemudian (Bermula) sifat-sifat Zat (itu) tiada (ia sifat Zat) (itu) selain([2])
(zat) dan (tiada juga ia sifat) (itu) diri Zat".
([1]) “Hayyun”
dan semua sifat ma’nawiyyah sesudahnya di-I’rāb sebagai khabar bagi
mubtadā yang sudah dibuang dan
diiringi “fa” sebagi jawab dari syarat yang ditaqdir, asalnya yaitu: “wa haitsu wajabat lahu
fa huwa hayyun ‘alīmun…
”=Sekira-kira wajiblah tiap-tiap sifat ma’ānī niscaya maka bermula Dia Allah
itu yang maha hidup dan Dia Allah itu yang maha mengetahui…, (Tuĥfah al-murīd
‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.52) Sumber:Kitabkuning90.blogspot.com
1. Mawjud.
التى وجدت فى الخارج بحيث ترى
"Sesuatu yang diperdapatkan pada kenyataan, seandainya dibuka hijab pasti nampak".2. Ma‘dum.
التى ليس لها ثبوت أصلا
"Sesuatu yang tidak pernah ada".3. Hal.
التى لها ثبوت لكن لم تصل إلى درجة الموجود حتى ترى ولم تنحط إلى درجة المعدوم
"Sesuatu yang ada, tetapi tidak sampai pada posisi mawjud (bisa dilihat jika dibuka hijab) dan bukan juga turun pada posisi ma‘dum (tidak ada sama sekali)".4. I‘tibarî. I‘tibarî terbagi dua:
a. I‘tibarî intiza‘î yaitu sesuatu yang dii‘tibar dan belum pernah terjadi.
b. I‘tibarî ikhtira‘î yaitu sesuatu yang di‘itibar dan pernah terjadi.
Dari kata-kata Musannif ما يشاء يريدdapat dipahami bahwa antara masyiah dan Iradah Allah adalah sama. Dan lafadh او yang terdapat pada nazham di atas bermakna الواو karena terletak sesudah nâfi (ليست). Sumber:Kitabkuning90.blogspot.com
فَقُدْرَةٌ
بِمُمْكِنٍ تَعَلَّقَتْ ♣ بِلاَ تَنَاهِى مَابِهِ تَعَلَّـقَتْ
"Maka (Bermula) Sifat Qudrah/Maha kuasa
dengan semua yang mungkin (itu) berperan (ia sifat Qudrah) dengan tiada batasan
ma/sesuatu yang dengannya (ma/sesuatu) berperan (ia sifat Qudrah)".
تعلق: طلب الصفة أمرا زائدا على قيامها بالذات
"Tuntutan sifat terhadap perkara yang lebih atas berdirinya dengan zat".
وَوَحْدَةً
أَوْجِبْ لَهَا وَ مِثْلُ ذِىْ ♣ اِرَادَةٌ وَالْعِلْـمُ لَكِنْ عَمَّ ذِىْ
"Dan (akan) Esa/tunggal, wājibkanlah
(oleh mu) baginya (sifat qudrah) dan (Bermula) seumpama ini (sifat qudrah)([1])
(itu) sifat irādah dan ilmu, tetapi mengumumi (ia sifat ilmu) (akan) ini
(yang mungkin)”-
وَعَمَّ
أَيْضًا وَاجِبًا وَالْمُمْـتَنِعْ ♣
وَمِثْـلُ ذَا كَلاَمُـهُ فَلْنَتَّـبِعْ
“dan mengumumi (ia sifat ilmu) pula (akan) yang wājib
dan (akan) yang mustahil. Dan (Bermula) seumpama ini (sifat ilmu) (itu) sifat kalām-Nya
(Allah), maka hendaklah kita ikuti".
([1]) Isim isyārah
“dzī” mengisyārah kepada sifat qudrah, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah
al-tauhīd, hal.56).
Qudrah mempunyai persamaan dengan Iradah pada tiga perkara:
1. Ta‘alluq/berperannya hanya pada tiap-tiap yang mungkin.
2. Ta‘alluq dengan tiada terbatas. Sumber:Kitabkuning90.blogspot.com
3. Sama-sama merupakan sifat yang tunggal/esa (satu Qudrah, satu Iradah).
2. Ta‘alluq dengan tiada terbatas. Sumber:Kitabkuning90.blogspot.com
3. Sama-sama merupakan sifat yang tunggal/esa (satu Qudrah, satu Iradah).
وَكُلُّ
مَوْجُوْدٍ أَنِطْ لِلسَّمْعِ بِهْ ♣ كَذَا الْبَصَرْ إِدْرَاكُهُ إِنْ قِيْلَ بِهْ
"Dan (Bermula) tiap-tiap semua yang ada
(itu) perankanlahlah([1])
(oleh mu) bagi sifat sama’ dengannya (semua yang ada), (tsābit) seperti
demikian (sifat sama’) (itu) sifat Bashar dan sifat Idrāk-Nya
(Allah), jika dikatakan orang dengan nya (ada sifat idrāk)”.
وغَيْرُ
عِلْمٍ هَذِهِ كَـمَا ثَبَتْ ♣ ثُمَّ
الْحَيَاةُ مَا بِـشَيْ
تَعَلَّقَـتْ
“Dan (Bermula) ini (sifat-sifat)([2])
(itu) bukan sifat ilmu, sebagaimana ma/perbedaan yang sudah tetap (ia
ma/perbedaan), Kemudian (Bermula) sifat Hayāh/maha hidup (itu) tidak
berperan (ia sifat hayāh) dengan sesuatu apapun".
([1]) “Anith”
bermakna “’alliq” amar dari “ta’līq”=ta’alluq/berperan,
(Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.57) Sumber:Kitabkuning90.blogspot.com
([2]) “Hādzihi”
di-I’rāb sebagai mubtadā yang ditakhirkan, dan khabarnya
adalah “ghairu ‘ilm”, (Tuĥfah al-murīd ‘alā Jauharah al-tauhīd, hal.58)
Maksud dari kata شيء adalah maknanya yang lughawî yaitu mencakup kepada sesuatu yang maujud dan ma‘dum, berbeda dengan makna istilahî yaitu khusus kepada sesuatu yang mawjûd.
Maksud dari kata شيء adalah maknanya yang lughawî yaitu mencakup kepada sesuatu yang maujud dan ma‘dum, berbeda dengan makna istilahî yaitu khusus kepada sesuatu yang mawjûd.
Mohon perbaikan bila ada kekeliruan, kritik dan saran selalu kami tunggu sobat. Jangan lupa bagikan kepada temen-temen yang membutuhkan. Selanjutnya>>
Terimakasih...semoga bermanfaat.
Terimakasih...semoga bermanfaat.