Ramadhan Berkah - Bulan Suci
yang penuh dengan keberkahan dan nikmat allah yang melipat ganda itulah bulan
Ramadhan yang penuh keagunggang dan pengampunan. Bulan Ramadhan yang penuh
kemuliaan dan keberkahan, padanya dilipatgandakan amal-amal kebaikan,
disyariatkan amal-amal ibadah yang agung, di buka pintu-pintu surga dan di
tutup pintu-pintu neraka.
Oleh karena itu, bulan ini merupakan kesempatan berharga yang
ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang beriman kepada Allah Ta’ala dan ingin
meraih ridha-Nya. Dan karena agungnya keutamaan bulan suci ini, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menyampaikan kabar gembira kepada para
sahabat radhiyallahu ‘anhum akan kedatangan bulan yang penuh berkah ini.
Para pembaca yang mulia, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, menyampaikan kabar gembira
kepada para sahabatnya, “Telah datang bulan Ramadhan yang penuh keberkahan,
Allah mewajibkan kalian berpuasa padanya, pintu-pintu surga di buka pada bulan
itu, pintu-pintu neraka di tutup, dan para setan dibelenggu. Pada bulan itu
terdapat malam (kemuliaan/lailatul qadr) yang lebih baik dari seribu bulan,
barangsiapa yang terhalangi (untuk mendapatkan) kebaikan malam itu maka sungguh
dia telah dihalangi (dari keutamaan yang agung).
Dulunya, para ulama salaf jauh-jauh hari sebelum datangnya bulan
Ramadhan berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah Ta’ala agar mereka mencapai
bulan yang mulia ini, karena mencapai bulan ini merupakan nikmat yang besar
bagi orang-orang yang dianugerahi taufik oleh Alah Ta’ala. Mu’alla bin al-Fadhl
berkata, “Dulunya (para salaf) berdoa kepada Allah Ta’ala (selama) enam bulan
agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada-Nya
(selama) enam bulan (berikutnya) agar Dia menerima (amal-amal shaleh) yang
mereka (kerjakan).
Tentu saja persiapan diri yang dimaksud di sini bukanlah dengan
memborong berbagai macam makanan dan minuman lezat di pasar untuk persiapan
makan sahur dan balas dendam ketika berbuka puasa. Juga bukan dengan mengikuti
berbagai program acara Televisi yang lebih banyak merusak dan melalaikan
manusia dari mengingat Allah Ta’ala dari pada manfaat yang diharapkan, itupun
kalau ada manfaatnya.
Tapi persiapan yang dimaksud di sini adalah mempersiapkan diri
lahir dan batin untuk melaksanakan ibadah puasa dan ibadah-ibadah agung lainnya
di bulan Ramadhan dengan sebaik-sebaiknya, yaitu dengan hati yang ikhlas dan
praktek ibadah yang sesuai dengan petunjuk dan sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Karena balasan kebaikan/keutamaan dari semua amal shaleh
yang dikerjakan manusia, sempurna atau tidaknya, tergantung dari sempurna atau
kurangnya keikhlasannya dan jauh atau dekatnya praktek amal tersebut dari petunjuk
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hikmah dan tujuan utama diwajibkannya puasa adalah untuk mencapai
takwa kepada Allah Ta’ala, yang hakikatnya adalah kesucian jiwa dan kebersihan
hati. Maka bulan Ramadhan merupakan kesempatan berharga bagi seorang muslim
untuk berbenah diri guna meraih takwa kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala
berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa” (QS
al-Baqarah:183).
Imam Ibnu Katsir berkata, “Dalam ayat ini Allah Ta’ala berfirman
kepada orang-orang yang beriman dan memerintahkan mereka untuk (melaksanakan
ibadah) puasa, yang berarti menahan (diri) dari makan, minum dan hubungan
suami-istri dengan niat ikhlas karena Allah Ta’ala (semata), karena puasa
(merupakan sebab untuk mencapai) kebersihan dan kesucian jiwa, serta
menghilangkan noda-noda buruk (yang mengotori hati) dan semua tingkah laku yang
tercela.
Lebih lanjut,
Syaikh Abdur Rahman as-Sa’di menjelaskan unsur-unsur takwa yang terkandung
dalam ibadah puasa, sebagai berikut:
– Orang yang
berpuasa (berarti) meninggalkan semua yang diharamkan Allah (ketika berpuasa),
berupa makan, minum, berhubungan suami-istri dan sebagainya, yang semua itu
diinginkan oleh nafsu manusia, untuk mendekatkan diri kepada Allah dan
mengharapkan balasan pahala dari-Nya dengan meninggalkan semua itu, ini adalah
termasuk takwa (kepada-Nya).
– Orang yang
berpuasa (berarti) melatih dirinya untuk (merasakan) muraqabatullah (selalu
merasakan pengawasan Allah Ta’ala), maka dia meninggalkan apa yang diinginkan
hawa nafsunya padahal dia mampu (melakukannya), karena dia mengetahui Allah
maha mengawasi (perbuatan)nya.
– Sesungguhnya
puasa akan mempersempit jalur-jalur (yang dilalui) setan (dalam diri manusia),
karena sesungguhnya setan beredar dalam tubuh manusia di tempat mengalirnya
darah, maka dengan berpuasa akan lemah kekuatannya dan berkurang perbuatan
maksiat dari orang tersebut.
– Orang yang
berpuasa umumnya banyak melakukan ketaatan (kepada Allah Ta’ala), dan amal-amal
ketaatan merupakan bagian dari takwa.
– Orang yang
kaya jika merasakan beratnya (rasa) lapar (dengan berpuasa) maka akan
menimbulkan dalam dirinya (perasaan) iba dan selalu menolong orang-orang miskin
dan tidak mampu, ini termasuk bagian dari takwa.
Bulan Ramadhan merupakan musim kebaikan untuk melatih dan
membiasakan diri memiliki sifat-sifat mulia dalam agama Islam, di antaranya
sifat sabar. Sifat ini sangat agung kedudukannya dalam Islam, bahkan tanpa
adanya sifat sabar berarti iman seorang hamba akan pudar. Imam Ibnul Qayyim
menggambarkan hal ini dalam ucapan beliau, “Sesungguhnya (kedudukan sifat)
sabar dalam keimanan (seorang hamba) adalah seperti kedudukan kepala (manusia)
pada tubuhnya, kalau kepala manusia hilang maka tidak ada kehidupan bagi
tubuhnya.
Sifat yang agung ini, sangat erat kaitannya dengan puasa, bahkan
puasa itu sendiri adalah termasuk kesabaran. Oleh karena itu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih menamakan bulan puasa
dengan syahrush shabr (bulan kesabaran). Bahkan Allah menjadikan ganjaran
pahala puasa berlipat-lipat ganda tanpa batas, sebagaimana sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Semua amal (shaleh yang dikerjakan) manusia
dilipatgandakan (pahalanya), satu kebaikan (diberi ganjaran) sepuluh sampai
tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman: “Kecuali puasa (ganjarannya
tidak terbatas), karena sesungguhnya puasa itu (khusus) untuk-Ku dan Akulah
yang akan memberikan ganjaran (kebaikan) baginya”.
Demikian pula sifat sabar, ganjaran pahalanya tidak terbatas,
sebagaimana firman Allah Ta’ala,
{إِنَّمَا يُوَفَّى
الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ}
“Sesungguhnya
orang-orang yang bersabar akan disempurnakan (ganjaran) pahala mereka tanpa
batas” (QS az-Zumar:10).
Imam Ibnu Rajab al-Hambali menjelaskan eratnya hubungan puasa
dengan sifat sabar dalam ucapan beliau,“Sabar itu ada tiga macam: sabar dalam
(melaksanakan) ketaatan kepada Allah, sabar dalam (meninggalkan) hal-hal yang
diharamkan-Nya, dan sabar (dalam menghadapi) ketentuan-ketentuan-Nya yang tidak
sesuai dengan keinginan (manusia). Ketiga macam sabar ini (seluruhnya)
terkumpul dalam (ibadah) puasa, karena (dengan) berpuasa (kita harus) bersabar
dalam (menjalankan) ketaatan kepada Allah, dan bersabar dari semua keinginan
syahwat yang diharamkan-Nya bagi orang yang berpuasa, serta bersabar dalam
(menghadapi) beratnya (rasa) lapar, haus, dan lemahnya badan yang dialami orang
yang berpuasa.
Kesimpulan
Demikianlah nasehat ringkas tentang Keberkahan bulan Ramadhan,
semoga bermanfaat bagi semua orang muslim yang beriman kepada Allah Ta’ala dan
mengharapkan ridha-Nya, serta memberi motivasi bagi mereka untuk bersemangat
menyambut bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan dan mempersiapkan diri dalam
perlombaan untuk meraih pengampunan dan kemuliaan dari-Nya, dengan
bersungguh-sungguh mengisi bulan Ramadhan dengan ibadah-ibadah agung yang
disyariatkan-Nya.
Tags:
Artikel